Entah sudah berapa hari Jakarta
di guyur hujan. Kadang lebat, kadang gerimis kecil. Lebih sering datang
tiba-tiba, tapi yang tiba-tiba belum tentu tidak memberi tanda kedatangannya,
mungkin seperti langit yang selalu hitam. Sebab pukul 7 pagi di sini seperti pukul 5 subuh, seakan sudah biasa dengan macetnya
Jakarta dalam remang. Memang, sesekali harus turun dari kendaraan menunggu hujan reda, karena
naik mobil bisa saja tidak sampai tujuan tepat waktu.
Selalu ada yang kusenangi tentang
menepi setelah perjalanan jauh meski dekat karena hujan menghampiri. Mendengar
suaranya yang perlahan tetes memantul setelah menggapai tanah yang mereka tuju.
Hujan membawa senyum. Baunya yang khas menjadi hal yang disukai si melankoli. Ada damai yang aneh. Damai yang tak bisa kudapatkan saat matahari
menyengat. Semua orang disekelilingku dengan terpaksa beristirahat,
keterpaksaan yang tepat, mengistirahatkan pikiran dari debu Jakarta yang
terlalu banyak.
Jakarta, istirahatlah sebentar.
No comments:
Post a Comment